Tips Menjadi Pelajar Sukses (#1)
Siapa yang tidak ingin sukses? Semua orang pasti ingin sukses. Begitu juga seorang pelajar pasti ingin sukses dalam menempuh pendidikannya. Semua pelajar ingin sukses, namun hanya sedikit yang mau mengusahakannya dengan sungguh-sungguh. Atau mereka sudah bersungguh-sungguh, namun tidak bisa menerapkan langkah-langkah praktis untuk menggapai kesuksesan tersebut.
Berikut ini beberapa tips dari Syaikh Abdul Aziz bin Muhammad bin Abdullah As-Sadhan dalam kitabnya Ma’alim fi Thariq Thalab Al-Ilmi agar seorang pelajar agar dapat maksimal dalam mengambil faedah (manfaat) dari majelis ilmu (kegiatan belajar mengajar). Berikut ini penjelasannya secara ringkas hal-hal yang perlu diperhatikan agar menjadi pelajar yang sukses.
1. Niat yang Ikhlas
Hendaknya seorang pelajar memiliki niat yang ikhlas dalam belajar. Khathib Al-Baghdadi memberikan nasehat, “Aku memberikan wasiat kepadamu, wahai penuntut ilmu, agar engkau mengikhlaskan niat dalam mencari ilmu. Dan agar engkau berusaha sekuat tenaga untuk mengamalkannya.”
Hindarilah niat belajar yang hanya untuk mendapatkan nilai, mendapatkan pengakuan sebagai pelajar pintar, atau hanya berniat menghabiskan waktu dan bermain-main saja di sekolah. Sungguh, keikhlasan niat dan kesungguhan usaha seorang pelajar akan menghantarkannya pada kemudahan dalam memahami ilmu.
Mari kita cermati firman Allah dalam Surat Al-Ankabut ayat 69 ini, “Dan orang-orang yang berjihad (bersungguh-sungguh) untuk [mencari keridhaan] Kami, Kami akan tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sungguh, Allah beserta orang-orang yang berbuat baik."
2. Antusias untuk Mengikuti Pelajaran
Seorang pelajar hendaknya selalu antusias untuk mengikuti pelajaran. Janganlah bermalas-malasan untuk berangkat sekolah. Buang jauh-jauh sifat bosan, jemu, dan lalai. Berusahalah untuk selalu mengikuti pelajaran kecuali ada hal yang penting dan tidak bisa ditinggalkan, misalnya sakit parah, musibah yang menimpa keluarga, dan lain-lain.
Ilmu tidak didapatkan seperti harta warisan, tetapi ilmu didapatkan dengan kesungguhan dan kesabaran.
Kita bisa mencontoh Ibrahim Al-Harbi yang tidak pernah absen dalam mengikuti pelajaran. Seorang sahabatnya berkata tentang Ibrahim Al-Harbi, “Aku tidak pernah kehilangan Ibrahim Al-Harbi dalam majelis pelajaran nahwu atau bahasa selama lima puluh tahun.”
Perhatikanlah! selama lima puluh tahun Ibrahim Al-Harbi mengikuti pelajaran nahwu atau bahasa hingga akhirnya ia menjadi seorang ahli nahwu yang memiliki banyak murid.
Seorang ulama lain mengatakan, “Aku mengikuti pelajaran yang disampaikan oleh Al-Hasan selama tujuh tahun, aku tidak pernah bolos meskipun sehari. Walaupun sedang berpuasa, aku tetap menghadirinya.”
3. Bersegera dalam Menghadiri Pelajaran
Hendaknya seorang pelajar tidak terlambat dalam mengikuti pelajaran. Usahakan datang di awal waktu sebelum guru datang. Dengan begitu, ia akan bisa mempersiapkan diri dan perlengkapan untuk menyambut pelajaran yang akan diberikan oleh guru.
Seorang pelajar yang terlambat, perasaannya tidak akan tenang. Ia tidak memiliki kesiapan yang cukup untuk mengikuti pelajaran. Bahkan mungkin ada perlengkapannya yang tertinggal.
Seorang ulama besar, Asy-Sya’bi pernah ditanya bagaimana ia memeroleh semua ilmunya. Ia menjawab, “Dengan kemauan untuk mencari dan mendatangi majelis-majelis di berbagai negeri, sabar menjalani pembelajaran sebagaimana sabarnya keledai, dan bersegera seperti bersegeranya burung gagak.” Maksudnya, ia bersegera untuk mengikuti pelajaran.
4. Mencari Tahu Pelajaran yang Tertinggal
Adakalanya seorang pelajar berhalangan hadir atau ada kepentingan yang tidak bisa ditinggalkan sehingga tidak bisa mengikuti pelajaran. Setelah keadaan pelajar tersebut kembali sedia kala, hendaknya ia aktif mencari tahu pelajaran yang tertinggal dengan bertanya kepada teman-temannya atau kepada gurunya. Jika ia malas mencari tahu, ia akan tertinggal beberapa bagian ilmu yang bisa jadi sangat penting dalam memahami ilmu selanjutnya.
Dalam hal mencari tahu pelajaran yang tertinggal, ada teladan yang sangat baik dari Umar bin Khathab dan tetangganya dari kaum Anshar. Umar bin Khathab berkata, “Dahulu aku dan tetanggaku dari Anshar, kami saling bergantian dalam menghadiri majelis Rasulullah, adakalanya satu hari dia yang turun kemudian satu hari berikutnya aku yang turun, apabila aku yang turun maka sekembalinya aku dari majelis tersebut aku menceritakan kepada tetanggaku tentang wahyu yang turun atau hal yang lainnya pada hari tersebut, apabila yang turun tetanggaku maka ia pun melakukan seperti apa yang aku lakuakan.”
Maksudnya, Umar bin Khathab selama satu hari disibukkan dengan berdagang dan pekerjaan duniawi kemudian tetangganya pada hari tersebut turun untuk menghadiri majelis ilmu Rasulullah. Kemudian, pada hari berikutnya giliran Umar bin Khathab yang mencari ilmu sedangkan tetangganya orang Anshar yang berdagang dan melakukan pekerjaan duniawinya.
----------------------------------------------------------------------
Bersambung ke Tips Menjadi Pelajar Sukses (#2)
***
(Sukoharjo, 2 Juli 2016)