Pages

June 3, 2012

Dramatisasi Pendidikan di Era Globalisasi


  

Di era globalisasi kali ini sering kita dapati berbagai macam penentangan tentang peran seorang guru yang di tuntut oleh para orang tua wali murid. 
 
Terutama di jenjang Pendidikan Anak Usia dini dimana orang tua sering kali menuntut anaknya untuk bisa menulis dan berhitung ,seakan akan dengan adanya pembelajaran menulis dan berhitung anak akan pintar. Justru ternyata apa yang terjadi?
 
Pada kenyataanya anak justru akan mudah bosan dengan adanya pembelajaran menulis dan berhitung. Sehingga sering kita dapati anak yang duduk di bangku Sekolah Dasar terutama kelas 3 keatas mereka lebih suka bermain seharian dari pada belajar . bahkan sering kita dapati perpustakaan yang didalamya banyak bukunya kosong tak berpenghuni. Hal ini terjadi karena kebiasaan membaca yang kurang diberikan oleh guru. Padahal, justru dengan membaca walau hanya melihat gambarnya saja anak akan senang dan tertarik dan mudah untuk menganalisis cerita yang ada di gambar dari pada melihat banyak sekali tulisan yang tidak mengena dihati anak .

Rasa cepat bosan , malas, yang terjadi saat ini akibat dari kesalahan dari pendidik dan orang tua terdahulu yang sering menuntut murid untuk bisa menulis dan berhitung. Mungkin sebagian dari anak bisa mencerna apa yang disampaikan oleh guru namun belum tentu sebagian yang lain mencerna .

Strategi yang kita dapati saat ini pun sering diabaikan. Dengan metode bermain sambil belajar sering terbalik dengan kata belajar sambil bermain, coba kita cerna sesaat dengan kata yang hanya terbalik bisa menjadi kesalahan yang fatal pada hasil pendidikan yang kita berikan kepada anak didik kita. Mendapati anak didik yang kita beri pembelajaran adalah anak yang membutuhkan bimbingan dengan kasih sayang dan dicetak menjadi generasi penerus kita yang lebih baik .

Sering kita dapati di berita TV tentang korupsi? Mahasiswa yang demo tanpa tahu permasalahan yang sesungguhnya dengan seenaknya mereka membakar gedung yang telah dibuat ? siapa yang rugi? kembali kemasing masing diri kita. Sebagai calon pendidik yang dididik dengan kesalahan yang hanya diubah sedikit namun menjadikan fatal. Apa itu yang akan kita cetak untuk penerus kita? Mungkin? Tapi jika kita mampu merubah sedikit saja perilaku kita yang sering menjatuhkan diri kita maka kita akan mampu merubah dunia yang terlihat tak mungkin menjadi mungkin .

Menjadi yang terbaik adalah impian seseorang , menjadi yang dibanggakan adalah harapan seseorang, menjadi yang tertinggi, terbaik dan terhebat adalah inpian setiap orang anak bangsa yang kini masih menjadi seorang anak kecil yang memiliki cita - cita tertinggi menjadi anak yang sukses. Mungkin saat ini dirinya ditertawakan oleh sebagian seseorang namun suatusaat nanti dirinya adalah sosok yang menjadi kebanggaan setiap orang yang lalu menertawakanya. Kesuksessan itu ada dan kesuksesan itu bukan untuk dicari namun kesuksessan itu ada karena ingin didapatkan.

* Dikutip dari: Majalah FIGUR edisi Mei 2012

No comments:
Write comments