Pages

July 21, 2015

Berekspresi dengan Puisi

Seorang siswa sedang membaca puisi di depan kelas
Saya Sukrisno Santoso -biasa dipanggil Pak Kris, guru Bahasa Indonesia di SMPIT Mutiara Insan Sukoharjo.

Pada sebagian kesempatan luang, saya terkadang membaca puisi; menikmati rimanya dan memaknai isinya. Juga mendengarkan rekaman pembacaan puisi dan musikalisasi puisi. Di kesempatan lain, tak jarang saya menulis puisi, sekadar pelepas emosi (perasaan).
Puisi, khususnya puisi modern, tidak terikat banyak aturan. Bahkan cenderung bebas; manasuka. Menulis puisi bebas akan merangsang pikiran untuk mengeluarkan hal-hal yang seringkali hanya disimpan rapat di dalam hati. Menulis puisi bebas --dengan tema, rima, jumlah baris, jumlah bait yang bebas, dan amanat-- akan mampu membuat seorang siswa bisa mengungkapkan ekpresinya. 


Pengungkapan ekspresi dalam bentuk puisi, tentu lebih baik daripada pengungkapan dalam bentuk kegiatan-kegiatan negatif semisal merokok, berbicara kotor, nongkrong, bermain-main, atau berbuat hal yang buruk. 


Pembacaan puisi, baik karya sendiri maupun karya orang lain, dapat memberikan banyak manfaat bagi perkembangan siswa. Pertama, dengan membaca puisi, siswa berlatih untuk mengatur nada, intonasi, dan artikulasi. Semakin sering membaca puisi, seseorang akan semakin lihai dalam mengolah suaranya, baik nada, intonasi, dan artikulasi. Pengolahan suara ini --kita sebut saja manajemen vokal-- penting dalam komunikasi dengan sesama. Saat berkomunikasi dengan orang lain, kita perlu mengatur vokal kita agar apa yang kita sampaikan bisa diterima dengan baik oleh orang lain.


Kedua, membaca puisi melatih kepekaan terhadap bahasa. Dalam pembacaan puisi, seseorang dianjurkan untuk memaknai puisi yang akan dibacanya terlebih dahulu. Puisi --dengan susunan kata yang biasanya teratur dan indah-- akan meningkatkan pemahaman siswa terhadap fungsi bahasa. Dengan begitu, siswa akan selalu mencoba untuk mendengarkan dengan baik apa yang disampaikan orang lain. Siswa juga akan selalu berusaha mengeluarkan kata-kata yang baik; kata-kata yang bisa diterima orang lain dan tidak menyakiti orang lain. 


Ketiga, membaca puisi memberikan rasa keberterimaan siswa dalam komunitasnya (teman satu kelas). Ketika seseorang diberi kesempatan untuk berbicara dan orang lain mendengarkan maka ia akan merasa dihargai. Ia merasa diakui eksistensinya. Membaca puisi dan didengarkan orang lain akan memberikan perasaan dihargai bagi siswa. Ia akan merasa bahwa teman-temannya mau mendengarkannya, mau menghargainya.


Keempat, membaca puisi --khususnya di depan umum-- melatih kepercayaan diri siswa. Kegiatan membaca puisi lebih sulit daripada berpidato formal. Dalam membaca puisi, seseorang diharuskan menjiwai isi puisi, membaca dengan nada dan intonasi yang sesuai dengan isi puisi. Membaca puisi juga terkadang diserta dengan gerak anggota badan yang mendukung penjiwaan isi puisi. Membaca puisi benar-benar melatih mental siswa untuk tampil di depan umum. Kepercayaan diri siswa akan meningkat seiring dengan seringnya membaca puisi di depan umum.


Kelima, membaca puisi adalah hiburan. Membaca puisi --khususnya puisi bebas yang ringan-- bisa menjadi hiburan; sebuah selingan di antara kesibukan belajar siswa. Ketegangan pikiran dapat disebabkan proses pembelajaran dengan materi berat tanpa disertai dengan hiburan. Membaca puisi bisa bermafaat sebagai refreshing pikiran; mengistirahatkan pikiran sejenak agar memiliki daya untuk proses pembelajaran selanjutnya.

***
Sukoharjo, 22 Juli 2015




No comments:
Write comments